Sabtu, 25 April 2015




                          Apa Kabar Cinta Monyet ku

           Oleh : Cindi Febrianti

Seperti pagi-pagi biasanya, aku pergi ke sekolah dengan pinky kesayangan ku. Sepeda berwarna pink yang sangat menunjukan jati diri ku. Tak ada firasat apapun pagi itu. Udara  masih berhembus lembut seperti biasanya yang membelai rambut panjangku  dengan bando pink melingkar di kepala, seragam sma ku berkibar pelan, mereka seakan menjadi temanku pergi ke sekolah.
Rumah tante lia tampak ramai. “Ada apa pagi-pagi ramai sekali” Batinku heran.
Aku menghentikan sepeda ku sejenak karena rasa penasaran ku. Dari kejauhan tampak seorang laki-laki muda berkemaja turun dari mobil lalu memeluk tante lia. “Siapa tuh. Saudaranya kali ya. Tapi tante lia ada acara apa saudara nya sampe dateng disambut rame-rame gitu” Aku bicara sendiri.
Lalu kulihat jam pink ditangan, sudah mengarah hampir ke jam tujuh. Tak banyak pikir lagi kugayuh sepeda dengan segera menuju sekolah.

***

“Assalamulaikum bu, septi pulang” Ku ucapkan salam seraya membuka pintu rumah ku.
“Waalaikumsalam. Ayo cepet cuci tangan lalu makan” Ibuku sengaja menunggu ku pulang agar kami dapat makan siang bersama.
“Bu, tadi pagi rumah tante lia rame banget. Ada apa ya bu?” Tanyaku dengan rasa penasaran.
“Oh itu. Si faris, kamu masih inget ga? Dia baru pulang dari bandung. Katanya dia akan kuliah disini”
Degg. Jantung ku bergetar kencang. Langsung kuhentikan makan ku. Faris!!! Orang yang selama ini selalu ku tunggu. Sudah tujuh tahun aku tak bertemu dengan nya. Jadi tubuh yang menjulang tinggi tadi itu dia. Oh Tuhan, dia hadir kembali di hidup ku. Bagaimana? Apa yang harus kulakukan?
“Seppp. Ada apa? Kenapa kamu jadi bengong sih. Heyyy” Ibuku berusaha menyadarkan ku dari lamunan.
 “Eeeem, tidak bu. Septi ke kamar dulu ya” Segera aku berdiri dan menuju ke kamar.
Aku masih tak habis percaya. Faris, cinta masa kecilku dulu ia kembali lagi. Perasaanku tak menentu. Ada senang tapi sedih pun ada. Semenjak pertemuan terakhir kami tujuh tahun lalu, aku tak pernah henti mengingatnya. Aku sempat bertanya pada ibuku, kemana faris pergi? Tiba-tiba dia menghilang. Ibu bilang ia melanjutkan smp nya di bandung tempat kakek dan nenek nya.
Waktu itu dia teman sepermainanku. Kami selalu menghabiskan waktu bersama. Dia lebih tua setahun dariku. Aku memanggilnya kakak. Dia selalu melindungiku, menyayangiku. Dari situlah rasa sayang ku mulai tumbuh, hingga akhirnya dia lenyap secara tiba-tiba. Ada sesuatu yang hilang.

***

Keesokan hari nya
“Bu, septi pergi ya, Assalamualaikum” Kucium tangan ibuku, lalu ku datangi pinky ku, dan melesat lah kami berdua ke jalan.
Di perempatan jalan samping rumahku, aku berhenti. Menatap seratus meter kearah rumah bercat hijau. Tak ku sangka di depan teras ada seorang yang tak asing bagiku sedang duduk santai memainkan handphone nya. Faris!!! Kau kah itu. Kau banyak berubah. Kau sangat tampan sekarang. Pagi itu udara terasa sesak bagiku. Aku hanya bisa menatap mu dari jauh. Aku tak punya banyak modal keberanian untuk menghampiri mu. Aku....aku terlalu malu untuk menyapa mu duluan. Rasa gengsi ini mengalahkan keberanian ku.

Ingin rasa aku mendatangimu hanya untuk mengucapkan “Hai, apa kabar cinta monyet ku?” Ya  itu hanya dalam lamunanku saja. Aku akan menunggu sampai kau yang datang padaku dan mengatakan itu. Betapa manisnya rasa itu jika benar terjadi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar