Apa Kabar Cinta Monyet ku
Oleh : Cindi Febrianti
Seperti pagi-pagi biasanya, aku
pergi ke sekolah dengan pinky kesayangan ku. Sepeda berwarna pink yang sangat
menunjukan jati diri ku. Tak ada firasat apapun pagi itu. Udara masih berhembus lembut seperti biasanya yang
membelai rambut panjangku dengan bando
pink melingkar di kepala, seragam sma ku berkibar pelan, mereka seakan menjadi
temanku pergi ke sekolah.
Rumah
tante lia tampak ramai. “Ada apa pagi-pagi ramai sekali” Batinku heran.
Aku menghentikan sepeda ku
sejenak karena rasa penasaran ku. Dari kejauhan tampak seorang laki-laki muda berkemaja
turun dari mobil lalu memeluk tante lia. “Siapa tuh. Saudaranya kali ya. Tapi
tante lia ada acara apa saudara nya sampe dateng disambut rame-rame gitu” Aku
bicara sendiri.
Lalu kulihat jam pink ditangan,
sudah mengarah hampir ke jam tujuh. Tak banyak pikir lagi kugayuh sepeda dengan
segera menuju sekolah.
***
“Assalamulaikum
bu, septi pulang” Ku ucapkan salam seraya membuka pintu rumah ku.
“Waalaikumsalam.
Ayo cepet cuci tangan lalu makan” Ibuku sengaja menunggu ku pulang agar kami
dapat makan siang bersama.
“Bu,
tadi pagi rumah tante lia rame banget. Ada apa ya bu?” Tanyaku dengan rasa
penasaran.
“Oh
itu. Si faris, kamu masih inget ga? Dia baru pulang dari bandung. Katanya dia
akan kuliah disini”
Degg. Jantung ku bergetar kencang.
Langsung kuhentikan makan ku. Faris!!! Orang yang selama ini selalu ku tunggu.
Sudah tujuh tahun aku tak bertemu dengan nya. Jadi tubuh yang menjulang tinggi
tadi itu dia. Oh Tuhan, dia hadir kembali di hidup ku. Bagaimana? Apa yang
harus kulakukan?
“Seppp.
Ada apa? Kenapa kamu jadi bengong sih. Heyyy” Ibuku berusaha menyadarkan ku
dari lamunan.
“Eeeem, tidak bu. Septi ke kamar dulu ya”
Segera aku berdiri dan menuju ke kamar.
Aku masih tak habis percaya.
Faris, cinta masa kecilku dulu ia kembali lagi. Perasaanku tak menentu. Ada senang
tapi sedih pun ada. Semenjak pertemuan terakhir kami tujuh tahun lalu, aku tak
pernah henti mengingatnya. Aku sempat bertanya pada ibuku, kemana faris pergi?
Tiba-tiba dia menghilang. Ibu bilang ia melanjutkan smp nya di bandung tempat
kakek dan nenek nya.
Waktu itu dia teman
sepermainanku. Kami selalu menghabiskan waktu bersama. Dia lebih tua setahun
dariku. Aku memanggilnya kakak. Dia selalu melindungiku, menyayangiku. Dari
situlah rasa sayang ku mulai tumbuh, hingga akhirnya dia lenyap secara
tiba-tiba. Ada sesuatu yang hilang.
***
Keesokan
hari nya
“Bu,
septi pergi ya, Assalamualaikum” Kucium tangan ibuku, lalu ku datangi pinky ku,
dan melesat lah kami berdua ke jalan.
Di perempatan jalan samping
rumahku, aku berhenti. Menatap seratus meter kearah rumah bercat hijau. Tak ku
sangka di depan teras ada seorang yang tak asing bagiku sedang duduk santai
memainkan handphone nya. Faris!!! Kau kah itu. Kau banyak berubah. Kau sangat
tampan sekarang. Pagi itu udara terasa sesak bagiku. Aku hanya bisa menatap mu
dari jauh. Aku tak punya banyak modal keberanian untuk menghampiri mu. Aku....aku
terlalu malu untuk menyapa mu duluan. Rasa gengsi ini mengalahkan keberanian
ku.
Ingin rasa aku mendatangimu hanya
untuk mengucapkan “Hai, apa kabar cinta monyet ku?” Ya itu hanya dalam lamunanku saja. Aku akan
menunggu sampai kau yang datang padaku dan mengatakan itu. Betapa manisnya rasa
itu jika benar terjadi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar